Selasa, 23 November 2010

Jurnal Metode Riset Bab 5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari pengolahan dan analisis data, pengujian hipotesis, analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ternyata hipotesis pertama diterima, bahwa perilaku konsumen dalam pembelian sarung dipengaruhi secara bersama-sama dan bermakna oleh faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi. Hal ini ditunjukan oleh Fhitung = 34,677 lebih besar dari Ftabel = 2,14, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda (R Squared) sebesar 0,5188.

2. Hipotesis kedua yaitu harga mempunyai pengaruh dominan terhadap perilaku konsumen sarung dinyatakan diterima.

Saran

Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan yang diambil, maka selanjutnya dapat diusulkan beberapa saran yang mungkin dapat dilakukan dan bermanfaat bagi industri sarung. Adapun saran yang diusulkan adalah sebagai berikut :

1. Dengan diketahuinya faktor harga mempunyai pengaruh yang dominan terhadap perilaku konsumen dalam pembelian sarung di Jakarta, maka hal ini mencerminkan bahwa faktor harga merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pembelian sarung. Bertitik tolak dari dari hasil tersebut, pengusaha hendaknya dalam menaikkan harga, harus sangat dipertimbangkan akibatnya, karena adanya persaingan ketat antara pengusaha- pengusaha sarung.

2. Penghasilan merupakan faktor yang berpengaruh signifikan kedua. setelah harga. Berdasarkan hal ini, pengusaha hendaknya memproduksi sarung sesuai dengan penghasilan masyarakat, sehingga masyarakat dapat membelinya.

3. Pendidikan juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Distributor hendaknya memperhatikan pendidikan konsumennya, karena semakin berpendidikan seseorang, maka pengetahuan tentang kesehatan dalam memilih sarung semakin tinggi.

4. Kualitas air merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Berdasarkan hal ini, pengusaha harus selalu meningkatkan kualitas sarungnya.

5. Promosi juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Bertitik tolak hasil ini, pengusaha harus melakukan promosi dengan menggunakan media yang luas seperti Surat kabar, Televisi, maupun media-media cetak lainnya, sehingga sarung bukan hanya dikenal oleh masyarakat di Bekasi Barat, tetapi juga dikenal oleh masyarakat dari daerah-daerah yang lain.

6. Distribusi merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Dalam hal ini, pengusaha sebaiknya menambah saluran-saluran distribusi dan meningkatkan pelayanan yang lebih memuaskan konsumen, karena sekarang kontribusi distribusi sangat kecil yaitu 2,16% terhadap perilaku konsumen dalam pembelian sarung.

7. Sehubungan penelitian ini hanya memperhatikan enam faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral, maka sangat perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut untuk melibatkan lebih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian sarung, sehingga dapat diketahui efektivitas faktor-faktor tersebut terhadap perilaku konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori Kasus, dan Solusi, Edisi Pertama , Edisi Pertama, BP. FE. Yogyakarta. Asseal, Henry. 1987. Consumer Behavior and Marketing Action, Fourth Edition PWS, Kent Publishing Company, Boston. Buchari, Alma. 1992. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Penerbit Alfabeta, Bandung. Boyd, Harper, W. and Orville C. Walker. 1992. Marketing Management, Strategies Approuch,

Richard, D. Irwin, Ich, Homewood, Illinois. Emory, William C. 1980. Business Research Methods, Revised Edition, Rechard D. Irwin. Inc. Home word, Illinois. Engel, James F, et al. 1987. Consumer Behavior, Fifth Edition, The Dreyden Press, Hew York. Gujarati, Damodar. 1999. Essentials of Econometricc, Second Edition, Irwin McGrow Hill, Boston USA. Guiltinan, Joseph P dan Gordon W. Paul. 1992. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran, Terjemahan, Edisi Kedua Erlangga, Jakarta. Giantar KE., Gst. Ayu. Kt. Giantari. 1995. Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Kain Tenun Ikat di Kotamadya Denpasar. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid I Cetakan ke III, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Kinsey, Joanna. 1988. Marketing in Developing Countries, MacMillan Education London. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol; Terjemahan Jilid I, Edisi ke sembilan, PT Prenhallindo Jakarta. Louden, David L and Albert. J. Della Betta. 1988. Consumer Behavior Concepts and Application, McGraw Hill, Inc, New York. Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, 1988. Perilaku Konsumen, , PT Eresco, Bandung. Mursinto, Djoko. 1993. Penentuan Model Dalam Penelitian, Program Magister ManajemenUniversitas Airlangga, Surabaya. Riet Velt, Piet dan Lasmono Tri Sumari, 1993. Masalah Pokok Dalam Regresi Berganda, Andi Offset, Yogyakarta. Swastha, Basu DH dan T. Hani Handoko. 1987. Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen , Edisi kedua, Liberty, Yogyakarta. Stanton, William J. and Charles Futrell. 1987. Fundamentals of Marketing, McGraw Hill, Singapore. Winardi, 1991. Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit CV Mandar Maju Bandung.

Aaker, Jennifer L. 1991, The Malleable Self : The Role of Self Expression in Persuasion,

Journal of Marketing Research”, Vol XXXVI, 44-57.

Amy K. Smith, Ruth N Bolton dan Janet Wagner, 1999, A Model of Customer Satisfaction with Service Encountters Involving Failure and Recover, Journal of Marketing Research, Vol XXXVI, 366-472.

Assel, Henry, 1996, Cunsumer Behavior and Marketing Action, PWS-KENT Publishing

Company, Boston.

Chijiwa, Hideaki, 1987, Color Harmony, A Guide to Create Color Combination, Rockport publisher, Rockport, Massachusetts.

Cracens, David Wm, 1997, Stategic Markerting, Fifth edition, Irwin Book Team.

Jumaeri, Wagimun, Jufri Rasyid, Djamhir, Okim, Gani, Hasan, 1975, Pengetahuan Barang Tekstil, Institut Teknologi Tekstil Bandung, Bandung.

Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, The Millnennium Edition, Prentice Hall

International, Inc.

Maholtra Naresh K, 1996, Marketing Research, An Applied Orientation, NJ, Prentice Hall, Inc.

Moerdoko, Wibowo, Isminingsih, Wagimun, Soeripto, 1973. Evaluasi Tekstil (bagian fisika), Institut Teknologi Tekstil Bandung, Bandung.

Niraj Dawar dan Philip Parker, 1994, Marketing Universal: Consumers’ Use Brand Name,

Price, Physical Appearance, and Retailer Reputation as Signals of Product Quality,

Journal of Marketing, Volume 58, 81-95.

Priyono, Fredy Agus, 1997, Analisa Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang (Study Kasus Pada PT Ikan Dorang

Surabaya (tidak dipublikasikan), PPS Untag Surabaya.

Santoso, Singgih, 2002, SPSS Statistik Multivariat, PT Alex Media Komputerindo, Jakarta.

2001, Statistik Non Parametrik, Buku Latihan SPSS, PT Alex Media Komputerindo,

Jakarta.

Sundjojo, Lewi, 1994, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan Minat

Konsumen Rokok Kretek Di Surabaya (tidak dipublikasikan).

Susana, Erni, 1995, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Membeli Film Kamera Merek Fuji Di Kotamadya Surabaya (tidak dipublikasikan).

Jurnal Metode Riset Bab 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Regresi

Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan, faktor penghasilan, faktor harga, faktor kualitas, faktor distribusi dan faktor promosi secara bersama-sama terhadap perilaku konsumen sarung, digunakan analisis kuantitatif dengan metode regresi linier berganda, dan hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.

Hasil Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Sarung

Variabel Tergantung

(Y)


Variabel Bebas

(Xn)


Koefisien Regresi


thitung


ttabel α=0.05


PROB


r2

Partial


Kesimpulan

PERILAKU KONSUMEN


Pendidikan

(X1)


0,9824


3,464


1,960


0,00065


0,0585


th > tt ––>

Signifikan

Penghasilan

(X2)


0,7288


3,642


1,960


0,00035


0,0643


th > tt ––>

Signifikan

Harga (X3)


1,2899


-5,167


1,960


0,00000


0,1215


th > tt ––>

Signifikan

Kualitas (X4)


0,6920


2,328


1,960


0,02096


0,0273


th > tt ––>

Signifikan

Distribusi (X5)


0,8037


1,992


1,960


0,04778


0,0201


th > tt ––>

Signifikan

Promosi (X6)


0,7757


2,062


1,960


0,04051


0,0216


th > tt ––>

Signifikan

R Squarred = 0,5188 Fhitung = 34,677

Adjusted R.Square = 0,5038 Ftabel = 2,14

Multiple R = 0,7203 Probabilitas = 0,000 E + 00

Constanta = 2,2281 DW = 1,9970

Hasil Persamaan Regresi adalah :

Y = 2,2281 + 0,9824 X1 + 0,7288 X2 – 1,2899 X3 + 0,6920 X4 + 0,8037 X5 + 0,7757 X6

Berdasarkan Tabel 1, faktor pendidikan, faktor penghasilan, faktor kualitas, faktor distribusi dan faktor promosi mempunyai hubungan positif dengan perilaku konsumen, sedangkan faktor harga mempunyai hubungan negatif dengan perilaku konsumen.

Hubungan positif ini menunjukkan bahwa faktor pendidikan, faktor penghasilan, faktor kualitas, faktor distribusi dan faktor promosi berubah searah dengan perubahan perilaku konsumen sarung. Hubungan negatif menunjukkan bahwa faktor harga berubah berlawanan arah dengan perubahan perilaku konsumen air minum mineral.

Dengan membandingkan antara t-hitung masing-masing variabel bebas ternyata thitung > ttabel, berarti variabel-variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel tergantung.

Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan perlu dilakukan evaluasi ekonometri terhadap model persamaan regresi agar memenuhi syarat sebagai Best Linier Un beased Estimator (BLUE).

a. Uji Multikolinieritas. Dalam penelitian ini terbukti tidak terdapat multikolinieritas, karena koefisien korelasi antara variabel bebas di bawah 0,08. b. Uji Heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, korelasi dari masing-masing variabel bebas dengan variabel residual masih di bawah 0,80. Jadi bisa ditoleransi dari model analisis regresi yang ditemukan ini dapat digunakan untuk estimasi pengambilan keputusan.

c. Uji Autokorelasi. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi digunakan metode uji Durbin Watson, diperoleh hasil uji D-W sebesar 1,9970. Ini berarti berada pada daerah tidak ada autokorelasi. Dengan demikian melalui evaluasi ekonomitrika telah terpenuhi tiga syarat asumsi klasik, sehingga model telah dapat digunakan untuk melakukan estimasi dengan analisis regresi linier berganda terhadap keadaan masa mendatang dan masa lalu.

Pengujian Hipotesis I (uji F) atau Pengujian Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda, nilai Fhitung = 34.67 berarti lebih besar dari Ftabel = 2.14 dengan probabilitas 0.000 <>2) 0.5188 atau 51.88%, ternyata factor-faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas dan promosi mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap perilaku konsumen sarung. Ini berarti hipotesis pertama terbukti.

Uji Parsial II (uji t) atau Pengujian Hipotesis Kedua

Dari keenam variabel bebas, berdasarkan angka-angka r2 parsial mempunyai kontribusi paling tinggi adalah variabel harga. Jadi hipotesis kedua yang berbunyi harga mempunyai pengaruh yang dominan terhadap perilaku konsumen telah terbukti.

Pembahasan Hasil Analisis

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral

Analisis hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel-variabel secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumen. Ini bisa dilihat dari nilai Fhitung (34.677) lebih besar dari Ftabel (2,14).

Hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel tergantung menunjukkan hubungan yang erat (72,03%). Koefisien determinasi berganda sebesar 51,88% menunjukkan bahwa perilaku konsumen dijelaskan oleh pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi sebesar 51,88%. Sedangkan 48,12% ditentukan oleh variabel diluar model.

Tingginya pengaruh di luar model karena benyaknya sebab faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: (a) faktor sosial, budaya; (b) Faktor referensi (misal keluarga, teman); (c) Faktor psikologis, (motivasi, sikap, kebudayaan, persepsi); (d) Kepuasan di masa lalu.

2. Pengaruh masing-masing faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen air minum mineral

a. Pengaruh pendidikan (X1) terhadap perilaku konsumen

Menurut hasil perhitungan statistic, ternyata bahwa factor pendidikan mempunyai hubungan positif atau searah, hal ini berarti bila pendidikan ditingkatkan, maka perilaku konsumen dalam pembelian sarung juga meningkat

Berdasarkan pengolahan data dihasilkan thitung = 3.464 lebih besar dari ttabel = 1.960. Ini berarti pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan terhadap kesehatan semakin tinggi, sehingga mereka cenderung untuk lebih selektif dalam memilih air minum yang bebas kuman. Hal inilah mengakibatkan pola pembelian ulang memiliki arah yang positif terhadap pembelian .

b. Pengaruh penghasilan (X2) terhadap perilaku konsumen

Koefisien regresi variabel penghasilan menunjukkan angka positif berarti memiliki hubungan positif atau searah dengan perilaku konsumen (Y). artinya bila total penghasilan responden meningkat maka perilaku konsumen terhadap pembelian sarung juga meningkat.

Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan thitung = 3.642 lebih besar dari ttabel = (1,960) artinya mempunyai pengaruh yang signifikan.

Semakin tinggi tingkat penghasilan, akan cenderung untuk membeli sarung kembali, karena daya beli yang dimiliki cukup tinggi.

c. Pengaruh harga (X3) terhadap perilaku konsumen

Koefisien regresi variabel harga menunjukkan angka positif, berarti bila harga sarung menurun, maka perilaku konsumen (pembelian ulang) terhadap pembelian sarung akan meningkat. Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan thitung = -5,167 <>tabel = -1,960, mempunyai pengaruh yang signifikan. Tingkat persaingan yang tinggi antara perusahaan-perusahaan yang memproduksi sarung membuat konsumen sensitif terhadap harga (perbedaan harga jual sarung sangat tipis), sehingga bila harga dinaikkan, maka konsumen cenderung untuk berpindah ke merk lain, artinya bila harga meningkat pembelian ulang menurun.

d. Pengaruh kualitas (X4) terhadap perilaku konsumen

Koefisien regresi dari variabel kualitas menunjukkan angka yang bertanda positidf ini berarti, bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah searah, artinya bila kualitas ditingkatkan, maka perilaku konsumen untuk melakukan pembelian sarung juga akan meningkat.

Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan thitung = 2.328 lebih besar dari ttabel = (1,960), mempunyai pengaruh yang signifikan.

Air minum merupakan kebutuhan pokok, sehingga kualitas sarung sangat dipertimbangkan oleh konsumen. Konsumen mempertimbangkan masalah kualitas.

e. Pengaruh distribusi (X5) terhadap perilaku konsumen

Koefisian regresi dari variabel distribusi sebesar 0,8037. Dengan angka yang bertanda positif ini, berarti bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah searah, artinya bila distribusi ditingkatkan, dalam arti perusahaan berusaha untuk memudahkan konsumen agar sarung dapat dibeli di mana saja konsumen berada. Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan thitung = 1,992 > ttabel = 1,960, memberikan pengaruh yang signifikan. Semakin baik distribusi (semakin tersedia air minum mineral di mana-mana), maka kemudahan untuk mendapatkannya semakin tinggi. Hal ini mempengaruhi pembelian air minum tersebut. Tingginya persaingan yang ada telah membuat perusahaan yang memproduksi air minum mineral berusaha untuk menyediakan produknya sedekat mungkin dengan konsumen, sehingga bila suatu merk sarung tidak tersedia (sulit mendapatkan) maka konsumen dengan mudah bisa berpindah ke merk lain.

f. Pengaruh Motivasi (X6) terhadap perilaku konsumen
Koefisian regresi dari variabel promosi menunjukkan angka yang bertanda positif, ini berarti bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah searah, artinya bila promosi yang dilakukan oleh perusahaan ditingkatkan, maka perilaku konsumen untuk melakukan pembelian sarung juga meningkat. Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan thitung = 2,062 > ttabel = 1,960, memberikan pengaruh yang signifikan. Promosi dapat menciptakan kesadaran konsumen terhadap suatu produk. Promosi yang baik (menyampaikan keunggulan produk) akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Hal ini mempengaruhi pembelian ulang konsumen.

Jurnal Metode Riset Bab 3

METODOLOGI

METODE PENELITIAN

Kerangka konseptual penelitian, lihat Gambar 1.

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka diajukan beberapa hipotesis: (1) Faktor-faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sarung di Bekasi Barat; (2) Faktor harga merupakan faktor yang dominan mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sarung di Jakarta.

Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian

Variabel tergantung (Y) adalah perilaku konsumen dalam pembelian sarung.

Variabel bebas (X) adalah variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi: (1) Faktor pendidikan, (2) penghasilan, (3) harga, (4) kualitas, (5) distribusi, dan (6) Promosi.

Variabel tergantung yaitu perilaku konsumen (Y) adalah berapa kali seorang konsumen melakukan pembelian sarung dalam suatu periode waktu tertentu (dalam waktu 3 bulan terakhir).

Variabel bebas (X) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian sarung, dirinci menjadi enam variabel yang meliputi:

1. Faktor pendidikan (X1) adalah penilaian terhadap pendidikan dari responden, yang indikatornya adalah pendidikan formal terakhir yang mereka miliki, yang dinyatakan dengan skoring menurut Skala Likert.

2. Faktor penghasilan (X2) adalah penghasilan bersih perbulan yang diterima oleh responden (ayah/ibu) atau pendapatan pribadi bagi yang masih sendiri (bujang/gadis) dalam rupiah, selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kelompok penghasilan, dan diukur menurut Skala Likert. Lima kelompok penghasilan sebagai berikut:

a. Rp 500.000 - <>

b. Rp 700.000 - <>

c. Rp 900.000 - <>

d. Rp 1.100.000 - <>

e. lebih dari Rp 1.300.000 mendapat nilai 5

3. Faktor harga (X3) adalah tanggapan responden terhadap harga sarung dengan indikator:

a. Pendapat terhadap harga sarung.

b. Harga menjadi pertimbangan yang menentukan.

4. Faktor Kualitas (X4) adalah tanggapan responden terhadap kualitas sarung yang diukur menurut Skala Likert.

5. Faktor distribusi (X5) adalah tanggapan responden dalam hal kemudahan memperoleh sarung dengan indikator :

a. Mudah/tidak proses pembelian yang dilakukan oleh responden.

b. Pelayanan yang diberikan oleh responden.

c. Jauh/dekat tempat untuk memperoleh sarung Semuanya diukur menurut Skala Likert.

6. Faktor promosi (X6) adalah tanggapan responden terhadap promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual sarung, diukur menurut Skala Likert dengan indikator:

a. Sikap responden terhadap promosi sarung.

b. Ingin membeli pada saat mengetahui adanya promosi sarung.

Populasi penelitian adalah konsumen yang melakukan konsumsi sarung

Metode penarikan ini dinamakan metode Incidental Sampling, yaitu responden yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai. Jumlah responden yang akan diambil sebanyak 200 orang.

Jenis sumber data: (a) Data primer adalah data yang diperoleh dengan mengadakan wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan; dan (b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa took di Jakarta.

Cara mengumpulkan data: (a) Wawancara, yaitu mengadakan tanya-jawab dengan responden maupun pihak-pihak yang terkait; dan (b) Kuesioner, yaitu dengan mengirim daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden, disini responden diminta memberikan pendapat atau jawaban pertanyaan-pertanyaan.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda, yaitu:

Y = B0 + B1X1+B2X2+B3X3+B4X4+B5X5+B6X6+e

Keterangan :

Y = perilaku konsumen

B0 = intersep

B1 s.d B6 = koefisien regresi yang akan dihitung

X1 = pendidikan; X2 = penghasilan; X3 = harga; X4 = kualitas; X5 = distribusi; X6 = promosi dan

e = variabel pengganggu.

Model analisis ini dipilih untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap perilaku konsumen air minum mineral baik secara bersama-sama maupun secara partial.

Dalam penggunaan model analisis regresi linier berganda agar dihasilkan Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) harus dilakukan evaluasi ekonometri. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda sebagai alat analisis telah memenuhi beberapa asumsi klasik, yaitu uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan uji auto korelasi.

Proses selanjutnya adalah melakukan pembuktian hipotesis dengan teknik analisis sebagai berikut :

1. Pengujian hipotesis pertama yaitu regresi secara Simultan (Uji F)

Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas dengan rumus hipotesis :

Ho : bi = 0, artinya variabel bebas tidak menjelaskan variabel tidak bebas.

Ha : bi ≠ 0, artinya variabel bebas menjelaskan variabel tidak bebas.

Fhitung dibandingan dengan Ftabel pada derajat signifikan 5%. Bila Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini menjelaskan bahwa variabel bebas berpengaruh sangat kuat terhadap prestasi kerja karyawan. Bila Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, ini berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan.

Untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel tidak bebasnya dapat diketahui dengan melihat koefisien diterminasi berganda (R). Bila R mendekati 1, maka sumbangan variabel bebas terhadap variabel tergantung semakin besar. Bila R mendekati 0 (nol), berarti sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel tergantung semakin lemah.

2. Pengujian hipotesis kedua yaitu Uji Regresi secara Partial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap tergantung, dengan rumusan hipotesa:

Ho : bi = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

Ha : bi ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nial thitung masing-masing variabel bebas dengan ttabel pada signifikan 5%.

Bila nial thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas emberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap prestasi kerja karyawan.

Sebaliknya jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti secara partial tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap prestasi kerja karyawan.

Jurnal Metode Riset Bab 2

PENELITIAN TERDAHULU

Soendjojo, 1994. melakukan penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan Minat Konsumen Rokok Kretek Di Surabaya, menyimpulkan bahwa faktor rasa / taste merupakan urutan pertama, disusul faktor kesehatan sebagai urutan kedua dan faktor harga urutan ketiga, faktor prestise urutan keempat, faktor persahabatan urutan kelima, faktorpergaulan urutan keenam, dan urutan terakhir adalah faktor kemudahan membeli. Faktorpromosi disimpulkan tidak populer untuk mendorong masyarakat membeli rokok.

Susana, 1995. melakukan penelitian yang berjudul: Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Membeli Film Kamera Merek Fuji Di Kotamadya Surabaya, menyimpulkan bahwa konsumen dalam membeli film kamera merek Fuji dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : keluarga, non keluarga, mutu, harga, merek, pelayanan, lokasi penjualan, negara pembuat, promosi dan situasi pembelian, yang secara keseluruhannya mempunyai pengaruh positip. Faktor yang paling dominan diantara faktor-faktor tersebut diatas adalah faktor promosi, khususnya informasi dari media cetak.

Priyono, 1997. membuat penelitian yang berjudul: Analisis Faktor-Faktor Yang
Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang (Study Kasus Pada PT Ikan Dorang Surabaya), menyimpulkan faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli minyak goreng merek ikan dorang, adalah faktor-faktor harga, ketersediaan, diskon, rekomendasi dari orang kepercayaan, warna dan ukuran kemasan, rasa, kestabilan rasa dan merek, gaya berbelanja, kadar kolesterol dan mineral tambahan, kemasan tembus pandang. Faktor-faktor ketersediaan, harga dan diskon adalah merupakan faktor yang paling dominan. Jalur distribusi yang menjangkau sedekat mungkin dengan konsumen akan berpengaruh besar terhadap naiknya pangsa pasar tanpa memandang atribut produk yang ada.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SARUNG DI KAWASAN JAKARTA

BAB 1
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan secara bersamaan konsumen bersama dengan, kualitas harga distribusi, dan promosi sarung terhadap perilaku konsumen dalam pembelian sarung, dan untuk mengidentifikasi faktor apa yang berpengaruh dominan pada perilaku konsumen dalam pembelian sarung di Bekasi Barat.
Setelah pemeriksaan 200 responden dengan menggunakan metode regresi linier, studi ini menemukan bahwa:
(1) Fhitung value adalah 34.677 artinya lebih besar dari Ftabel (2.14). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan berbarengan faktor pendidikan konsumen seiring dengan harga, kualitas, distribusi, dan promosi sarung terhadap perilaku konsumen dalam pembelian sarung di Bekasi Barat. Dengan demikian, hipotesis pertama diterima.
(2) Diantara variabel independen yang dikaji, harga memiliki pengaruh yang dominan dan signifikan terhadap perilaku konsumen dalam pembelian sarung. Dengan demikian, hipotesis kedua diterima.
(3) Dilihat dari pengaruh faktor individu terhadap perilaku konsumen dalam pembelian sarung, maka:
(a) Harga mempunyai pengaruh yang signifikan dari 12,15% pada pembelian
sarung.
(b) Pendidikan dan penghasilan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pembelian sarung.
(c) Kualitas, distribusi, dan promosi mempunyai pengaruh yang signifikan tetapi
sedikit pada pembelian sarung.
Temuan menunjukkan harga yang memiliki efek sangat signifikan. Oleh karena itu, perusahaan harus bawa ke account terlebih dahulu karena ada terjadi persaingan yang ketat di antara produsen sarung. Selain itu, temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih memperhatikan.
Kata Kunci : Perilaku Konsumen, Minat beli, faktor yang dipertimbangkan, konsumen sarung.
PENDAHULUAN
Perkembangan bidang industri yang semakin pesat terutama di Bekasi Barat, akan membawa dampak yang cukup komplek bagi lingkungan perusahaan sendiri, maupun lingkungan sekitarnya, di antaranya adalah masalah kualitas.
Dari kondisi tersebut di atas, dan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka membawa pengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi sarung. Di samping itu konsumen memiliki kebebasan dalam memilih produk. Untuk itu produsen memerlukan strategi dengan tujuan mencapai keunggulan bersaing dan memerlukan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk.
Menurut Essael (1987: 11) ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen yaitu: (1) faktor individual konsumen yang meliputi pendidikan dan penghasilan konsumen; (2) pengaruh lingkungan; (3) strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh pemasar dalam usaha memberi informasi dan mempengaruhi konsumen. Variabel ini adalah produk, harga, distribusi dan promosi.
Perubahan sosial ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli, baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Perubahan sosial ekonomi meliputi pendapatan dan tingkat pendidikan yang merupakan karakteristik pembeli. Terdapat korelasi langsung antara tingkat pendidikan, pendapatan dan kemampuan membeli seseorang. Pendidikan secara langsung berkaitan dengan kemampuan membeli karena terdapat korelasi yang kuat antara pendidikan dan pendapatan. Pendidikan mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan, konsumen yang pendidikannya tinggi mempunyai pandangan yang berbeda terhadap alternatif merk dan harga dibandingkan dengan konsumen berpendidikan yang lebih rendah.
Untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk tersebut.
Karakteristik penjual akan mempengaruhi keputusan membeli. Dalam hal ini konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai pelayanan, mudahnya memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual.
Apabila manajer telah memiliki informasi sejauh mana variabel-variabel perilaku tersebut berpengaruh terhadap pembelian, maka manajer dapat memilih bauran pemasaran yang tepat. Perusahaan saat ini berupaya untuk mrngembangkan berbagai variabel bauran pemasaran.
Pertama: dari segi produk manajer terus- menerus mencari dan mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Kedua: dari segi harga, manajer berusaha menentukan harga yang bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Ketiga: dari segi distribusi, manajer memberikan pelayanan sebaik mungkin, sehingga mudah diperoleh konsumen.
Keempat: dari segi promosi, manajer bisa menyampaikan informasi melalui iklan maupun promosi penjualan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, pentingnya analisis faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap keputusan membeli dari suatu produk tertentu. Untuk dapat mengantisipasi pesatnya persaingan yang dihadapi perusahaan sarung di Bekasi Barat agar dapat mempertahankan eksistensinya, maka dipandang perlu diadakan penelitian sejauh mana faktor-faktor perilaku konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian sarung tersebut.
MASALAH PENELITIAN
Sebelum memutuskan untuk membeli konsumen menilai faktor-faktor atribut produk sarung yang layak dibeli. Jika faktor-faktor tersebut diketahui secara tepat maka produsen dapat membuat produk sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Yang menjadi permasalahan adalah seberapa besar tingkat kepentingan faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen.
Tiap-tiap faktor terdiri dari beberapa variabel yang dapat dieksplor untuk mengetahui
persepsi konsumen dalam memilih produknya.
Dari uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah faktor-faktor individual consumer yang terdiri dari pendidikan, penghasilan dan faktor-faktor marketing strategies yang terdiri dari harga, kualitas, distribusi dan promosi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sarung di Jakarta; (2) Di antara faktor-faktor tersebut di atas, faktor mana yang mempunyai pengaruh dominan dalam pembelian sarung di jakarta.
TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kecenderungan perilaku
konsumen dalam memilih produk. Secara khusus yang menjadi tujuan penelitian, yaitu:
1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen dalam memilih produk,
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen dalam memilih produk.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMAKAIAN JASA WARNET DI KOTA JEMBER

Review Jurnal 3 ( tugas metode riset )


Sanjaya, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemakaian Jasa Warnet Di Kota Jember, http://puslit.petra.ac.id/journals/marketing

Abstrak

Penelitian ini merupakan studi yang menguji tentang pengaruh faktor-faktor perilaku konsumen yang terdiri dari bauran pemasaran (product, price, promotion, personal traits place, process, physical evidence), individu konsumen (motivasi, persepsi, sikap, pembelajaran), dan pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, kelompok acuan) terhadap keputusan pemakaian jasa warnet di Kota Jember baik secara simultan maupun secara parsial, serta mengetahu variable prilaku konsumen yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun secara parsial antara variabel-variabel bauran pemasaran (product, price, personal traits place, process), individu konsumen (motivasi, persepsi), dan pengaruh lingkungan (budaya, kelompok acuan), terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) di Kota Jember. Variabel dominan dalam penelitian ini adalah Price yang mempengaruhi keputusan pemakaian jasa warnet di Kota Jember.

Kata kunci: perilaku konsumen, keputusan pemakaian, jasa warnet.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di zaman globalisasi ini, kebutuhan untuk memperoleh informasi yang cepat, mudah dan murah sangat penting sehingga internet bisa dikatakan menjadi kebutuhan mendasar manusia (Indosiar.com, 2005). Di Indonesia yang merupakan Negara berkembang, kebutuhan informasi akan sangat tinggi, dan salah satu alat untuk memperoleh informasi tersebut yang dirasakan paling sesuai adalah Internet.

Rumusan Masalah

1. Apakah faktor bauran pemasaran, faktor individu konsumen, dan faktor pengaruh lingkungan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pemakaian jasa warnet, baik secara simultan maupun secara parsial?

2. Dari faktor bauran pemasaran, faktor individu konsumen, dan faktor pengaruh lingkungan, variabel manakah yang dominan mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pemakaian jasa warnet ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor bauran pemasaran, faktor individu konsumen, dan faktor

lingkungan terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pemakaian jasa warnet

baik secara simultan maupun secara parsial.

2. Untuk mengetahui pengaruh paling dominan dari faktor bauran pemasaran, faktor individu konsumen, dan faktor lingkungan terhadap pengambilan keputusan pemakaian jasa warnet.

Manfaat Penelitian

1. Bagi pengelola warnet, penelitian ini dapat memberi informasi yang berguna dalam bidang pemasaran dan lebih fokus pada perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pemakaian jasa warnet. Bagi masyarakat, sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember dengan memperhatikan faktor-faktor yang disediakan warnet tersebut.

2. Bagi peneliti, hasil kajian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pada bidang

pemasaran khususnya mengenai faktor-faktor perilaku konsumen dan dapat memperkaya temuan-temuan yang sudah ada. Sedangkan bagi peneliti berikutnya, sebagi bahan pertimbangan

dalam mengangkat masalah yang sama beserta pemecahannya.

Pengertian Jasa (Service)

Menurut Kotler (2000), pengertian jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak dapat mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada suatu produk fisik.

Karakteristik dan Sifat Jasa

Kotler (2000) menyatakan bahwa jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran jasa, yaitu tidak nyata (intangible), tidak terpisahkan (inseparable), variable (variable), dan tidak dapat disimpan (perishable).

Bauran Pemasaran Jasa

Menurut Payne (2000) bauran pemasaran yang diperluas (4P + 3P) adalah tepat untuk jasa, yaitu

meliputi unsur-unsur tradisional bauran pemasaran 4P (Product, Price, Promotion, dan Place) ditambah 3P (People, Process, dan Provision of Customer Service).

Perilaku Konsumen

Menurut James F. Angel, Roger D Blackwell, dan Paul W Miniard (1995), merupakan suatu konsep tindakan yang mempelajari bagai mana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan produk (barang atau jasa) yang dapat memberikan kepuasan, kebutuhan dan keinginannya. Konsumen yang merasa puas akan loyal terhadap

barang atau jasa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan metode penelitian survey yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan mengandalkan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan data.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemakai warnet yang ada pada kota Jember. untuk menentukan jumlah sampel dapat ditentukan yaitu minimum 4 atau 5 kali jumlah variabel yang digunakan. Maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 125 responden.

Metode pengambilan sempel penelitian adalah teknik accidental sampling yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kebetulan (Sugiyono, 1999).

Dalam penelitian ini untuk mengukur variabelvariabel digunakan kuisioner digunakan pendekatan “Skala Likert” dengan lima (5)angka yaitu :

• Sangat Mempertimbangkan skor 5.

• Mempertimbangkan skor 4.

• Kurang Mempertimbangkan skor 3.

• Tidak Mempertimbangkan skor 2.

• Sangat tidak Mempertimbangkan skor 1.

Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer, kuisioner.

b. Data sekunder, dokumentasi, buku-buku dan

jurnal-jurnal.

Metode Analisis Data

Uji Asumsi Klasik

• Normalitas.

• Non Autokorelasi.

• Non Heterokodestisitas.

• Multicilinearity.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dimana variable independen pada penelitian ini adalah faktor-faktor perilaku konsumen (X) dan variabel dependen pada penelitian ini adalah keputusan pemakaian jasa warnet (Y). Rumus persamaan regresi berganda yang digunakan adalah:

Y = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + B5X5 + B6X6 +

B7X7 + B8X8 + B9X9 + B10X10+ B11X11 + B12X12 +

B13X13 + B14X14 + ε

dimana:

Y = keputusan pemakaian jasa warnet

a = intersep

B1 – B14 = koefisien regresi variabel independen

X1 = product

X2 = price

X3 = promotion

X4 = personal traits

X5 = place

X6 = process

X7 = physical evidence

X8 = motivasi

X9 = persepsi

X10 = sikap

X11 = pembelajaran

X12 = budaya

X13 = kelas social

X14 = kelompok acuan

ε = residual (sisa)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini merupakan pemakai warnet dengan jumlah responden sebanyak 85 orang.

Hasil Uji Validitas Instrumen penelitian menunjukkan bahwa semua item penelitian adalah valid. Hal ini dapat diketahui dari signifikansi hasil perhitungan korelasi lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian, menunjukkan bahwa semua penelitian adalah reliabel. Hal ini dapat diketahui bahwa semua variable penelitian ini mempunyai koefisien keandalan/alpha sama atau lebih besar dari 0.6.

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linier berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencapai hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen.

Anggka R Square atau koefisien determinasi adalah 0.781, hal ini berarti 78.1% variasi dari variabel dependen, sedangkan sisanya 21.9% dijelaskan oleh variabel lain diluar model dan error.

Dari keempat belas variabel indepemden yang dimasukkan kedalam model regresi terdapat simbilan variabel signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas (Sig) lebih kecil dari 0.05, sedangkan lima variabel tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitasnya yang lebih besar dari 0.05. dari sini dapat disimpulkan bahwa keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember (Y) dipengaruhi oleh : Product (X1), Price (X2), Promotion (X3), Personal Traits (X4), Place (X5), Process (X6), Physical Evidence (X7), Motivasi (X8), Persepsi (X9), Sikap (X10), Pembelajaran (X11), Budaya (X12), Kelas Sosial (X13), dan Kelompok Acuan (X14), dengan Persamaan Regresi sbb :

Y = 0.246 XProduct (X1) + 0.266 XPrice (X2) + 0.248 XPersonal Traits (X4) + .234 XPlace (X5) + 0.146 XProcess (X6) + 0.239 XMotivasi (X8) + 0.128 XPersepsi (X9) + 0.098 XBudaya (X12) + 0.084 XKelompok Acuan (X14) + Error

Dari uji ANOVA yang memperlihatkan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (30.754 > 3.46), ini bisa dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 <>

Berdasarkan hasil analisis berganda diperoleh bahwa variabel-variabel bauran pemasaran (Product, Price, Promotion, Personal Traits, Place, Process, Physical Evidence), Individu Konsumen (Motivasi, Persepsi, Sikap, Pembelajaran), dan Pengaruh Lingkungan (Budaya, Kelas Sosial, Kelompok Acuan) yang ada pada warnet di kota Jember, secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan konsumen memakai jasa warnet di kota Jember. Dimana Fhitung lebih besar dari Ftabel : 30.754 > 3.46 pada taraf nyata 5%, dan nilai signifikansi sebesar 0.000 <>

Produk (X1) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.246. Hal ini mempunyai arti bahwa Product yang berkualitas dan citra yang baik dengan didukung Mereka/namamenyebabkan pengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember.

Price (X2) Secara parsial berpengaruh signifikan dan dominan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.266. Hal ini mempunyai arti bahwa jumlah biaya atau dana yang dikeluarkan oleh konsumen selama akses penggunaan internet mempunyai pengaruh domonan terhadap keputusan

pemakaian jasa warnet.

Promotion (X3) Secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y). Hal ini mempunyai arti bahwa pemberian informasi mengenai keberadaan warnet melalui publikasi (surat kabar) atau komunikasi dari mulut ke mulut tidak menyebabkan pengaruh terhadap keputusan konsumen memakai jasa warnet

Personal Traits (X4) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.248. Hal ini mempunyai arti bahwa kegiatan-kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada pengunjung warnet baik dari sesi kualitas pelayanan karyawan maupun dari kecepatan akses, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet.

Place (X5) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.234. Hal ini mempunyai arti bahwa lokasi dimana warnet berada, atau dengan kata lain lokasi yang strategis dalam arti relatif dekat kampus dan sekolah, menyebabkan pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap keputusan pemakaian jasa warnet

Process (X6) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.146. Hal ini mempunyai arti bahwa peraturan-peraturan, yaitu ketentuan-ketentuan dan pedoman yang ditetapkan oleh pemilik warnet menyebabkan pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap keputusan pemakaian jasa warnet

Physical Evidence (X7) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y).

Motivasi (X8) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.239. Hal ini mempunyai arti bahwa Motivasi yang merupakan dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan adanya harapan untuk lebih cepat mengetahui informasi global yang terjadi.

Persepsi (X9) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.128. Hal ini mempunyai arti bahwa Persepsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet.

Sikap (X10) Secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y). Hal ini mempunyai arti bahwa Sikap

berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memakai jasa warnet Pembelajaran (X11) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y).

Budaya (X12) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.098. Hal ini mempunyai arti bahwa Budaya yang merupakan nilai-nilai atau normamorma dan kebiasaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet.

Kelas Sosial (X13) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y). Hal ini mempunyai arti bahwa Kelas tidak menyebabkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan konsumen memakai jasa warnet

Kelompok Acuan (X14) Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) sebesar 0.084. Hal ini mempunyai arti bahwa Kelompok Acuan yang merupakan kelompokkelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan prilaku seseorang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet

Tingkat pengaruh keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember dapat dijelaskan oleh factor-faktor prolaku konsumen sebesar 78.1% dan sisanya 21.9% merupakan kontribusi faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini dan error. Price merupakan variabel dominan dalam keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember dengan standardized coefficient sebesar 0,266.

SIMPULAN

1. Hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan uji F dan uji t menyatakan bahwa secara simultan maupun secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel Bauran Pemasaran (Product, Price, Personal Traits, Place, Process), Individu Konsumen (Motivasi, Persepsi), dan Pengaruh Lingkungan (Budaya, Kelompok Acuan), terhadap keputusan pemakaian jasa warnet (Y) di kota Jember. Dengan demikian hipotesis pertamayang menduga bahwa factor Bauran Pemasaran, Individu Konsumen, dan Pengaruh Lingkungan baik secara simultan maupun parsial berpengaruh secara signifikan dalam pengambilan keputusan pemakaian jasa warnet terbukti kebenarannya, atau diterima.

2. Hasil perhitungan berdasarkan standardized coefficient juga menyatakan bahwa variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember adalah Price. Setelah itu diikuti secara berturut-turut oleh Personal Traits, Product, Motivasi, Place, Proces, Persepsi, Budaya, Kelompok Acuan. Berarti hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yang menduga bahwa dari faktor-faktor perilaku konsumen, Price mimiliki pengaruh dominan dalam pengambilan keputusan konsumen memakai jasa warnet di kota Jember, dapat diterima kebenarannya.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakai jasa warnet di kota Jember mayoritas dari kalangan mahasiswa dan pelajar, dan semakin tinggi pendapatan konsumen cenderung semakin jarang ke warnet. Hal ini dimungkinkan karena pemakai sudah mempunyai akses internet sendiri di rumah.

4. Secara prinsip, hasil penelitian ini tidak berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Faktorfaktor prilaku konsumen mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember.

Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat.

Review Jurnal 2 ( tugas metode riset ).


Dewi Urip Wahyuni

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Fatahillah Surabaya

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian. Satuan unit/obyek analisis penelitian ini adalah konsumen atau pembeli dan pengguna sepeda motor merek Honda di Kawasan Surabaya Barat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa motivasi, persepsi, sikap konsumen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda. Manfaat penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi dalam usaha untuk meningkatkan volume penjualan melalui perilaku konsumen.

Kata kunci: motivasi, persepsi, sikap konsumen dan keputusan pembelian.

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out and to analysis the effect of motivation, perception and consumer’s attitude through purchasing decision. The object of this research is “HONDA” a motorcycle’s brand’s users and buyers around west Surabaya. Based on the result of this research is known that motivation, perception and customer’s attitude influence Honda purchasing with positively and significantly through purchasing decision Honda a motorcycle brand. The benefit of this research is used as a source of information for increasing sales volume amount through consumer’s behavior.

Keywords: motivation, perception, consumer’s attitude and purchasing decision

PENDAHULUAN

Perkembangan usaha dewasa ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Melihat kondisi tersebut menyebabkan pebisnis semakin dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi target volume penjualan. Mengingat perkembangan teknologi yang makin dinamis, manusia dituntut dengan cepat dan tepat untuk bertindakagar tidak kalah bersaing. Menurut Kotler (2002:34), dalam meningkatkan persaingan masing-masing perusahaan harus dapat memenang- kan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berkembang dan berubah-ubah. Seiring dengan perkembangan jaman dan sema- kin meningkatnya kebutuhan alat transpotasi mem- bawa angin segar bagi perusahaan otomotif terutama di bidang sepeda motor, yang mana sangat dibutuhkan oleh banyak orang selain harganya terjangkau dan mudah perawatannya. Saat ini banyak sekali bermunculan merek sepeda motor dengan berbagai model, desain, memberikan kualitas yang bagus dan harga yang cukup bersaing. Bagi peru- sahaan yang bergerak di bidang otomotif hal ini merupakan suatu peluang untuk menguasai pangsa pasar. Salah satu merek yang digemari oleh sebagian masyarakat sejak dahulu adalah merek Honda. Untuk menghadapi persaingan tersebut produk Honda selalu menciptakan penemuan-penemuan baru yang mana disesuaikan dengan perkembangan jaman dan keinginan dari masyarakat agar produknya tetap laku. Produk yang ditawarkan oleh perusahaan dapat menjadi salah satu pembentukan motivasi, persepsi dan sikap konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan pembelian. Disamping itu kemudahan untuk mendapatkan alat transpotasi jenis sepeda motor saat ini sangat mudah karena program pem- berian kredit bisa dilakukan dengan uang muka yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Perilaku konsumen dipengaruhi olek faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendapatan. Berdasarkan semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap alat trans- portasi pribadi berupa sepeda motor dan meningkat- nya persaingan untuk merebut konsumen maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Motivasi, Persepsi, dan Sikap Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “HONDA” di Kawasan Surabaya Barat.” Berdasarkan latar bela- kang yang ada, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: apakah ada pengaruh motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor Merek “HONDA” di Kawasan Surabaya Barat.? Sedangkan tujuan penelitian yang diharapkan oleh peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor Merek “HONDA” di Kawasan Surabaya Barat. Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah, dibutuhkan teori yang mendukung kebe- radaan masing-masing variabel yang diteliti. Pene- litian terdahulu dilakukan oleh Sanjaya (2007); tentang pengaruh persepsi dan sikap terhadap kepu- tusan pembelian Mobil Daihatzu Xenia di Surabaya, hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian.Seseorang dalam kehidupannya akan dipacu untuk memenuhi kebu- tuhan dan keinginannya berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan tersebut berupa barang primer maupun barang sekunder. Mengingat makin berkembangnya daerah permukiman yang jauh dari pusat kota maka makin dibutuhkan sarana transportasi pribadi yang cukup efektif bagi keluarga. Saat ini kebutuhan transpotasi pribadi jenis roda dua khususnya sepeda motor sudah menjadi kebutuhan masyarakat umum. Kebutuhan masyarakat tersebut ditangkap oleh pengusaha sebagai peluang untuk mengembangkan kinerja bisnisnya dengan melakukan pengamatan kepada perilaku konsumen. Kinerja bisnis akan tercapai dengan baik apabila unit pemasaran bekerja dengan maksimal dalam usaha memperoleh konsu- men yang potensial. Menurut Sigit (2002:6); pema- saran adalah semua kegiatan usaha yang diperlukan untuk mengakibatkan terjadinya pemindahan pemilikan barang atau jasa dan untuk menyeleng- garakan distribusi fisiknya sejak dari produsen awal sampai konsumen akhir. Sedangkan Swasta, Han- doko (2000:6) menyatakan bahwa terdapat falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi pada konsumen (Consumer Oriented), hal ini berbeda dengan pandangan yang terdahulu bahwa pemasaran berorietasi kepada produk, penjualan dan keuangan perusahaan. Sehubungan dengan keberadaan konsumen dan beraneka ragam perilakunya maka produsen harus benar-benar tanggap untuk melakukan pengamatan terhadap apa yang menjadi keinginannya. Menurut Solomon et al. (2002:6); Consumer behavior is the study of the proceses involved when individuals or groups select, purchase use or dispose of products, services, ideas, or experiences to satisfy needs and desires. Jadi pada dasarnya pengusaha mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan memuaskan konsumen melalui produk yang ditawarkan. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Swasta dan Handoko (2000:58); Faktor internal yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen antara lain :1) motivasi dan 2) persepsi. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2000:69); motivasi adalah The Driving force with in individual that impels then to action.Motivasi merupakan kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak. Sedangkan Handoko (2001:225) mengata- kan bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai tujuan. Dalam bidang pemasaran Sigit (2002:17) menjelas- kan bahwa motivasi pembelian adalah pertimbangan- pertimbangan dan pengaruh yang mendorong orang untuk melakukan pembelian. Dalam motivasi pembelian terbagi menjadi motivasi rasional dan emosional. Motivasi rasional adalah pembelian yang didasarkan kepada kenyataan- kenyataan yang ditunjukkan oleh produk kepada konsumen dan merupakan atribut produk yang fungsional serta obyektif keadaannya misalnya kualitas produk, harga produk, ketersediaan barang, efisiensi kegunaan barang tersebut dapat diterima. Sedangkan motivasi emosional dalam pembelian berkaitan dengan perasaan, kesenangan yang dapat ditangkap oleh pancaindera misalnya dengan me- miliki suatu barang tertentu dapat meningkatkan status sosial, peranan merek menjadikan pembeli menunjukkan status ekonominya dan pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik. Pada saat seseorang akan mengambil keputusan untuk membeli suatu produk tentunya akan dipengaruhi oleh kedua jenis motivasi tersebut yaitu motivasi rasional dan emosional. Disamping motivasi mendasari seseorang untuk melakukan keputusan pembelian maka akan di- pengaruhi juga oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Konsumen akan menampakkan perilaku- nya setelah melakukan persepsi terhadap keputusan apa yang akan diambil dalam membeli suatu produk. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:146) Percep- tion is process by which an individuals selects, organizers, and interprets stimuli into the a meaningfull and coherent picture of the world. Kurang lebihnya bahwa persepsi merupakan suatu proses yang membuat seseorang untuk memilih, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rang- sangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya. Sedangkan Kotler dan Amstrong (1996:156) menge- mukakan bahwa dalam keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya proses seleksi terhadap berbagai stimulus yang ada. Pada hakekatnya persepsi akan berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dikehen- daki. Salah satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan menganalisis persepsi konsumen terhadap produk. Dengan persepsi konsu- men kita dapat mengetahui hal–hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan ataupun ancaman bagi produk kita.

Selain persepsi akan muncul pula sikap seseorang dalam menilai suatu obyek yang akan diminati dan untuk dimiliki. Sikap sebagai suatu evaluasi yang menyeluruh dan memungkinkan seseorang untuk merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak terhadap obyek yang dinilai. Menurut Robbins (2006:169) sikap adalah pernyataan-pernyataan atau penilaian evaluatif berkaitan dengan obyek,orang atau suatu peristiwa. Sedangkan menurut Simamora (2002:14) bahwa di dalam sikap terdapat tiga kom- ponen yaitu 1) Cognitive component: kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek.Yang dimaksud obyek adalah atribut produk, semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek suatu produk maka keseluruhan komponen kognitif akan mendukung sikap secara keseluruhan. 2) Affective component : emosional yang merefleksikan perasaan seseorang terhadap suatu obyek, apakah obyek tersebut diinginkan atau disukai. 3) Behavioral component: merefleksikan kecenderungan dan perilaku aktual terhadap suatu obyek, yang mana komponen ini menunjukkan kecenderungan melaku- kan suatu tindakan. Menurut Loudan dan Delabitta (2004:217); komponen kognitif merupakan keperca- yaan terhadap merek, komponen afektif merupakan evaluasi merek dan komponen kognatif menyangkut maksud atau niatan untuk membeli. Hubungan ketiga tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, hanya saja semua proses tersebut tidak semua dilaksanakan oleh para konsumen. Berdasarkan tujuan pembelian, kon- sumen dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu konsumen akhir atau individual dan konsumen organisasional atau konsumen industrial. Konsumen akhir terdiri atas individu dan rumah tangga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan konsumen organisa- sional terdiri atas organisasi, pemakai industri, peda- gang dan lembaga non profit, tujuan pembeliannya adalah untuk keperluan bisnis atau meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian akan diwarnai oleh ciri kepribadiannya, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. Menurut Kotler (2000:170-176) konsumen dalam melakukan keputusan pembelian ada lima tahapan yaitu: 1) pengenalan masalah, 2) pencarian informasi, 3) evaluasi alternatif, 4) keputusan pembelian, 5) perilaku pasca pembelian. Tahapan tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 2.

Gambar 1. Hubungan Antara Ketiga Komponen Sikap

Gambar 2. Model Proses Keputusan Pembelian

Kerangka Konseptual

Gambar 3. Kerangka Konseptual

Hipotesis

Motivasi, persepsi, sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian persepsi konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan pem- belian METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta karakteristik obyek yang diteliti dapat diklasi- fikasikan sebagai penelitian yang menggunakan hipotesis. Penelitian ini berdasarkan fakta yang ada di masyarakat tentang pemilihan alat transpotasi roda dua yaitu sepeda motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data interval, dinyatakan dalam angka mulai dari skala terkecil sampai dengan yang terbesar, selain itu mempunyai jarak yang sama antara angka yang satu dengan angka yang lainnya (1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju).Sedangkan sumber data yang digunakan adalah bersifat primer. Data diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan kepada responden di Kawasan Surabaya Barat yang terdiri dari tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Asemrowo, Sukomanunggal, Tandes, Benowo, Pakal, Lakarsantri dan Sambikerep.

Identifikasi Variabel

Independent Variable:

Dalam penelitian ini variabel bebas ada tiga sebagai berikut:

- Motivasi Konsumen (X1)

- Persepsi Konsumen (X2)

- Sikap Konsumen (X3)

Dependent Variable

- Keputusan Pembelian (Y)

Definisi Operasional

Motivasi Konsumen : Adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak untuk memenuhi apa yang diingin- kan atau dibutuhkan

Persepsi Konsumen : Tanggapan konsumen terha- dap keberadaan suatu obyek atau produk yang menjadi pilihannya Sikap Konsumen : Penilaian evaluatif konsumen terhadap suatu obyek atau produk yang diminati Keputusan Pembelian: Pilihan akhir yang dilakukan oleh konsumen dalam me- menuhi keinginan atau ke- butuhannya

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling pada masyarakat pembeli dan pengguna sepeda motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat. Jumlah sampel mengguna- kan sampel besar yaitu > 30 (Djarwanto, 1999 : 4) yaitu 125 orang. Menurut Nazir (1998:221) jumlah sampel ditetapkan atas pertimbangan pribadi, dengan catatan bahwa sampel tersebut cukup mewakili populasi dengan pertimbangan biaya dan waktu.

Teknik Analisis Data

Untuk perhitungan statistik dalam penelitian ini digunakan program SPSS adapun teknik analisis data diuraikan sebagai berikut:

- Analisis Regresi Linier Berganda

- Koefisien Determinasi Berganda (R2)

- Koefisien Korelasi Berganda ( R )

- Koefisen Korelasi Parsial ( r )

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Uji Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Menurut Azwar (2001:67); pengujian validitas konstrak diutamakan dalam pengembangan dan evaluasi terhadap suatu konsep dan teori.Validitas digunakan untuk menguji kesahih- an atau ketepatan alat ukur, apakah memperoleh informasi sesuai dengan yang diharapkan. Dari perhitungan yang ada didapatkan hasil sebagai berikut pada lampiran Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4. Dari tabel validitas Motivasi, Persepsi, Sikap Kon- sumen dan Keputusan Pembelian dapat menjelaskan bahwa pertanyaan yang ada di dalam variabel tersebut dinyatakan valid dan tidak ada yang gugur (tingkat signifikan a = 0,05, nilai sig.2-tailed = 0,000 < a = 0,05) dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Tabel 1. Validitas Motivasi Konsumen No Pertanyaan Korelasi item terhadap total korelasi Nilai Sig (2-tailed) Kesimpulan 1 Saya terdorong membeli sepeda motor merek Honda karena kualitasnya terjamin 0,905 0,000 Valid (Sahih) 2 Saya membeli sepeda motor merek Honda harga purna jualnya tinggi dibandingkan dengan merek lain 0,656 0,000 Valid (Sahih) 3 Sepeda motor merek Honda nyaman pemakaiannya 0,837 0,000 Valid (Sahih) 4 Harga sepeda motor merek Honda terjangkau oleh masyarakat 0,895 0,000 Valid (Sahih) 5 Model sepeda motor merek Honda bervariasi dan tidak ketinggalan jaman 0,971 0,000 Valid (Sahih) Sumber: Olahan Komputer Tabel 2. Validitas Persepsi Konsumen No Pertanyaan Korelasi item terhadap total korelasi Nilai Sig (2-tailed) Kesimpulan 1 Suara mesin sepeda motor Honda halus 0,885 0,000 Valid (Sahih) 2 Menggunakan sepeda motor merek Honda menaikkan rasapercaya diri 0,824 0,000 Valid (Sahih) 3 Daya tahan mesin sepeda motor merek Honda nyaman 0,957 0,000 Valid (Sahih) 4 Bahan bakar sepeda motor merek Honda irit 0,896 0,000 Valid (Sahih) 5 Mesin sepeda motor merek Honda stabil dalam pemakaian jarak jauh 0,854 0,000 Valid (Sahih) Sumber: Olahan Komputer Tabel 3. Validitas Sikap Konsumen No Pertanyaan Korelasi item terhadap total korelasi Nilai Sig (2-tailed) Kesimpulan 1 Model lampu sepeda motor Honda sesuai dengan trend masa kini 0,908 0,000 Valid (Sahih) 2 Model knalpot sepeda motor Honda lebih ramping 0,723 0,000 Valid (Sahih) 3 Kombinasi warna sepeda motor Honda serasi 0,917 0,000 Valid (Sahih) 4 Striping stikernya sesuai dengan desain masa kini 0,905 0,000 Valid (Sahih) 5 Felg yang bervariasi 0,750 0,000 Valid (Sahih) Sumber: Olahan Komputer Tabel 4. Validitas Keputusan Pembelian No Pertanyaan Korelasi item terhadap total korelasi Nilai Sig (2-tailed) Kesimpulan 1 Tidak ada pilihan merek lain untuk membeli sepeda motor kecuali merk Honda 0,932 0,000 Valid (Sahih) 2 Semua keluarga membeli dan memiliki sepeda motor merek Honda 0,731 0,000 Valid (Sahih) 3 Informasi tentang kualitas sepeda motor merek Honda sudah memasyarakat 0,925 0,000 Valid (Sahih) 4 Sparepart sepeda motor merek Honda mudah didapatkan 0,758 0,000 Valid (Sahih) 5 Pemberian bonus yang menarik dalam pembelian sepeda motor merek Honda 0,874 0,000 Valid (Sahih) Sumber: Olahan Komputer Uji reliabilitas Uji realibilitas dimaksudkan untuk menunjukkan tentang sifat suatu alat ukur apakah cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 11,0 dengan menggunakan metode konsistensi internal melalui teknik analisis varian dari Alpha Cronbach (a > 60%). Hasil uji realibilitas keempat variabel dapat digambarkan sebagi berikut dalam lampiran Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8.

Dari tabel Relibilitas Motivasi, Persepsi, Sikap Konsumen dan Keputusan pembelian hasilnya koefisien cronbach Alpha lebih besar dari 60 % (0,60) artinya semua pertanyaan yang ada pada masing- masing variabel tidak ada yang tidak reliabel dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan garis linier berganda dihitung untuk mencari hubungan dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Berdasarkan pengo- lahan pada program SPSS 11,0 maka persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:

Y = 7,380 + 0,393 X1 + 0,142X2 + 0,037 X3 dimana:

Y = Keputusan Pembelian

X1 = Motivasi Konsumen

X2 = Persepsi Konsumen

X3 = Sikap Konsumen

Persamaan regresi berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Kostanta positif sebesar

Tabel 5. Realibilitas Motivasi Konsumen

No


Pertanyaan


Cronbach Alpha if item Deleted


Cronbach Alpha


Kesimpulan

1


Saya terdorong membeli sepeda motor merek Honda karena kualitasnya terjamin


0,930


0,949


Reliable

2


Saya membeli sepeda motor merek Honda harga purna jualnya tinggi dibandingkan dengan merek lain


0,935


0,949


Reliable

3


Sepeda motor merek Honda nyaman pemakaiannya


0,919


0,949


Reliable

4


Harga sepeda motor merek Honda terjangkau oleh masyarakat


0,923


0,949


Reliable

5


Model sepeda motor merek Honda bervariasi dan tidak ketinggalan jaman


0,934


0,949


Reliable

Sumber: Olahan Komputer

Tabel 6. Realibilitas Persepsi Konsumen

No


Pertanyaan


Cronbach Alpha if item Deleted


Cronbach Alpha


Kesimpulan

1


Suara mesin sepeda motor Honda halus


0,940


0,952


Reliable

2


Menggunakan sepeda motor merek Honda menaikkan rasapercaya diri


0,944


0,952


Reliable

3


Daya tahan mesin sepeda motor merek Honda nyaman


0,926


0,952


Reliable

4


Bahan bakar sepeda motor merek Honda irit


0,921


0,952


Reliable

5


Mesin sepeda motor merek Honda stabil dalam pemakaian jarak jauh


0,939


0,952


Reliable

Sumber: Olahan Komputer

Tabel 7. Realibilitas Sikap Konsumen

No


Pertanyaan


Cronbach Alpha if item Deleted


Cronbach Alpha


Kesimpulan

1


Model lampu sepeda motor Honda sesuai dengan trend masa kini


0,930


0,944


Reliable

2


Model knalpot sepeda motor Honda lebih ramping


0,942


0,944


Reliable

3


Kombinasi warna sepeda motor Honda serasi


0,929


0,944


Reliable

4


Striping stikernya sesuai dengan desain masa kini


0,936


0,944


Reliable

5


Felg yang bervariasi


0,942


0,944


Reliable

Sumber: Olahan Komputer

Tabel 8. Realibilitas Keputusan Pembelian

No


Pertanyaan


Cronbach Alpha if item Deleted


Cronbach Alpha


Kesimpulan

1


Tidak ada pilihan merek lain untuk membeli sepeda motor kecuali merk Honda


0,907


0,923


Reliable

2


Semua keluarga membeli dan memiliki sepeda motor merek Honda


0,900


0,923


Reliable

3


Informasi tentang kualitas sepeda motor merek Honda sudah memasyarakat


0,916


0,923


Reliable

4


Sparepart sepeda motor merek Honda mudah didapatkan


0,906


0,923


Reliable

5


Pemberian bonus yang menarik dalam pembelian sepeda motor merek Honda


0,895


0,923


Reliable

Sumber: Olahan Komputer

Tabel 9. Hasil Regresi Uji-F Uji-t

Variabel


Kep.Pembelian


Uji-F


Uji-t


r


R2


R

F hitung


F tabel


T hitung


t tabel

Motivasi


0,393


730,302


2,427


2,072


1,975


16,70%


0,947


0,973

Persepsi


0,142


2,159


1,975


16,63%

Sikap


0,032


2,153


1,975


16,09%

Sumber: Olahan Komputer

Tabel 10. Anova

Sumber Variasi


Df


Jumlah kuadrat


Rataan Kuadrat


F-hitung


Sig

Regresi


3


126,123


31,451


730,302


0,000

Residual


163


7,030


0,043

Total


166


133,153









Sumber: Olahan Komputer

7,380 mempunyai arti keputusan pembelian akan meningkat sebesar 7,380 jika variabel motivasi, persepsi dan sikap konsumen konstan. Sedangkan koefisen regresi pada Motivasi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 0,393 dan persepsi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 0,142 serta variabel sikap berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 0,037. Hasil Regresi dapat disajikan sebagai berikut dalam lampiran Tabel 9, Tabel 10.

Koefisien determinasi berganda (R2) sebesar 0,947 menunjukkan bahwa sumbangan efektif variabel motivasi, persepsi dan sikap konsumen secara signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 94,7 % sedangkan sumbangan dari variabel lain sebesar 5,3 persen. Dengan menggunakan taraf signifikan (a) = 5 % diperoleh F hitung = 730,302 lebih besar dar F tabel 2,427, jadi secara bersama- sama terdapat pengaruh secara signifikan variabel motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian. Sedangkan koefisen korelasi berganda (R) sebesar 0,973 dapat diartikan bahwa antara variabel Motivasi, persepsi dan sikap konsu- men secara signifikan mempunyai hubungan yang baik terhadap keputusan pembelian

Koefisien korelasi parsial (r) digunakan untuk mengukur keeratan hubungan variabel bebas moti- vasi, persepsi dam sikap konsumen secara parsial terhadap variabel terikat. Berdasarkan uji – t dengan taraf signifikan (a) = 5% didapatkan hubungan varia- bel bebas dengan variabel terikat sebagai berikut: motivasi terhadap keputusan pembelian sebesar 16,70%. Persepsi terhadap keputusan pembelian sebesar 16,63% dan sikap terhadap keputusan pembelian sebesar 16,09%. Dalam hal ini yang paling erat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat adalah motivasi konsumen setelah itu persepsi konsumen.

Dari analisis data ternyata secara bersama-sama variabel motivasi, persepsi dan sikap konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian hal ini ditandai oleh adanya T hitung lebih besar dari t tabel 730,302 > 2,427 Sig. = 0,000 lebih kecil dari dengan a = 0,05 seperti yang dikatakan oleh Kotler, Amstrong (2003 : 200) unsur yang terdapat pada pribadi konsumen memberi rangsangan untuk melakukan keputusan pembelian, unsur yang dimak- sud adalah dorongan, persepsi dan sikap terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi. Pengaruh secara bersama-sama ini diperkuat dengan pengaruh secara parsial melalui uji t yang mana masing-masing T hitung dari variabel bebas lebih besar dari t tabel dengan rincian sebagai berikut: T hitung. Motivasi = 2,072 Persepsi = 2,159 dan Persepsi = 2,153 lebih besar dari t tabel = 1,975. Berdasarkan analisis data, maka terjawab bahwa hipotesis yang mengatakan motivasi, persepsi dan sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada sepeda motor Merek HONDA di kawasan Surabaya Barat terbukti kebenarannya.

SIMPULAN

Motivasi dalam diri akan mempengaruhi sese- orang (konsumen) dalam melakukan pembelian karena didasarkan pada dorongan yang dimiliki misalnya penilaian terhadap kualitas, harga, kenya- manan pemakaian terhadap barang yang dibutuhkan. Peran persepsi konsumen akan mempengaruhi pula terhadap keputusan pembelian, hal ini wajar karena setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda- beda terhadap suatu obyek oleh karena itu keputusan pembelian akan cepat terlaksana apabila muncul persepsi positif terhadap barang yang akan dibelinya. Persepsi tersebut dapat berupa penilaian terhadap apa saja yang melekat pada suatu produk yang dapat menimbulkan kepuasan dan kenyamanan pada konsumen. Sikap merupakan stimulus yang dapat menyebabkan konsumen tertarik membeli suatu barang, tentunya sikap yang muncul adalah yang positif misalnya: kepercayaan, emosional unuk memiliki suatu barang dengan kesadaran tinggi terhadap untung dan ruginya. Menurut Guiltinan, Paul (2001: 423) mengatakan bahwa konsumen akan menjatuhkan pilihannya terhadap barang yang dibeli didorong oleh lingkungan teknologi, budaya dan ekonomi yang terjadi.

SARAN

Bagi pengusaha atau produsen sepeda motor Merek Honda harus selalu memperhatikan perilaku konsumen yang setiap saat akan berubah-ubah karena tuntutan gaya hidup, kenyamanan dan keamanan serta citra pemakainya. Untuk mempertahankan posisi di pasar, harus selalu melakukan market research terhadap produk pesaing yang beredar di pasar dan harga yang ada serta adanya program paket-paket yang dapat menarik konsumen. Menurut Muhammad (2004:122) dalam mengantisipasi kondisi pasar dapat menggunakan growth strategy yaitu mengembangkan pasar yang telah dimiliki jika pangsa pasar yang ada masih luas. Hal yang harus mejadi perhatian adalah kepuasan konsumen pada pasca pengambilan keputusan untuk membeli produk yang kita tawarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaifuddin, 2001, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Djarwanto, 1999, Statistik Nonparametrik, BPFE Yogyakarta.

Guiltinan, Joseph P, Paul, Gordon W. 2001, Manajemen Pemasaran, Strategi dan Program. Handoko,

Hani, 2001, Manajemn Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi Ketujuh, Yoyakarta, Penerbit BPFE.

Kotler, Philip, 2000, Marketing Management: Analy- sis, Planning, Implementation and Control, Ninth Edition, Prentice Hall, Inc, Upper Saddle River, New Jersey.

Kotler, Philip, Amstrong, Garry 1996, Priciple of Marketing, Ninth Edition, Prentice Hall, Inc Upper Saddle River, New Jersey.

________ , 2003, Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan PT Indeks, Kelompok Gramedia

Loudon, David L and Albert J. Della Bitta, 2004, Consumer Behavior Concepts and Appica- tions. Third Edition Singapore, MC Graw Hill Inc.

Muhammad, Suwarsono, 2004, Manajemen Strate- gik, Konsep dan Kasus, Edisis ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Nazir, 1998, Pengantar Metode Statistika Cetakan ke sembilan, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

Robbins, Stephen, 2006, Perilaku Organisasi, 2006 Perilaku Organisasi, PT Indeks, Kelompok Gramedia.

Sanjaya, S. P, 2007, Pengaruh Persepsi dan Sikap Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Mobil Daihatzu Xenia, UWM Surabaya.

Schiffman, Leon G. dan Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey.

Sigit, Soehardi, 2002, Pemasaran Praktis, edisi ke- tiga, Yogyakarta, BPFE, Yogyakarta.

Simamora, Henry, 2002 Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta.

Solomon, Micahel R, Bamossy dan Elnora W, Askrgaard, 2002, Marketing Real People Real Choice, 2 Edition, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey.

Swasta, Basu dan Handoko, T.Hani, 2000, Manajemen Permasaran Analisis Perilaku Konsumen, edisi kedua Liberty, Yogyakarta.

Minggu, 21 November 2010

Perilaku Konsumen Tugas 3 (Perilaku Konsumen Terhadap Pasar Tradisional)

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PASAR TRADISIONAL
1. Pendahuluan
Mungkin saat ini banyak orang beranggapan remeh atau melirik hanya sebelah mata tentang pasar tradisional, hanya karena pasar modern yang lebih berkembang indonesia ini. Padahal sebaliknya, banyak keuntungan yang didapat dipasar tradisional sama seperti dipasar modern. Tidak ada salahnya seluruh warga Indonesia mulai melirik perkembangan pasar tradisional, jangan sampai pasar tradisional pun ikut-ikutan hilang pelestariannya seperti budaya-budaya tradisional Indonesia yang semakin lama semakin berkurang kepeduliaan masyarakatnya. Alasan masyarakat lebih memilih pasar modern dibandingkan dengan pasar tradisional karena faktor kenyamanan dan faktor diskon.
Pasar modern seperti supermarket, faktor kenyamanannya lebih terjaga dibandingkan dengan pasar tradisional yang penuh sesak, panas, becak bahkan bau. Dan diskon yang ditawarkan dipasar modern lebih menggiurkan daripada dipasar tradisional. Tetapi jangan salah sangka, pasar tradisional pun banyak keuntungan yang bisa didapat oleh para konsumen, misalnya harga barang dipasar tradisional jauh lebih murah dibandingkan dengan harga dipasar modern. Kemudian, pasar tradisional dapat melakukan kegiatan tawar-menawar dalam berbelanja sehingga pembeli merasa puas dan pasar tradisional pun lebih terjaga kesegarannya karena mereka membawa langsung barang dagangan mereka sehingga belum terkontaminasi zat-zat atau bahan kimia lainnya.
Di tengah persaingan pasar seperti saat ini, para produsen kebutuhan pangan perlu memperhatikan prilaku konsumennya sebagai pembelajaran untuk senantiasa melakukan inovasi. Inovasi harus dilakukan untuk mengimbangi hegemoni pedagang besar dan retail-retail yang sedang menjamur di berbagai penjuru negeri. Dengan menjamurnya retail-reatail skala besar bahkan transnasional, maka sudah dapat dipastikan para pedagang tradisional kehilangan pelanggannya. Berbagai kemudahan dan daya tarik dari retail-retail tersebut menjadi salah satu alasan konsumen beralih dari pasar tradisional ke pasar modern.
Apabila kita perhatikan, konsumen dalam negeri cenderung mengikuti trend dalam berbelanja dibandingkan sekadar memenuhi kebutuhannya. Sering kita lihat seseorang yang sekadar membeli beras, telur, atau bahan pokok lainnya di supermarket padahal ia bisa membeli di pasar tradisional.
Iklan yang begitu kuat menjadi penyebab ketertarikan masyarakat untuk berbelanja di supermarket. Trend berbelanja ini lambat laun akan mengubah perilaku konsumen secara keseluruhan sehingga mereka meninggalkan pasar tradisional. Dengan begitu, pasar tradisional pun mengalami penurunan pendapatan bahkan terancam punah.



2. Pembahasan
Di tengah trend masyarakat yang sedang berubah itu, maka sebagai pedagang kecil tidak salah jika mengikuti ‘keinginan mereka para konsumen’. Apalagi, jika barang yang kita jual ke konsumen adalah bahan pangan yang tidak mungkin ditinggalkan maka kita perlu melakukan inovasi. Para pedagang kecil harus memiliki keyakinan bahwa produknya masih bisa dijual karena masyarakat masih membutuhkan bahan pangan sebagai pemenuh kebutuhan primer.
Konsumen menginginkan tempat yang nyaman ketika berbelanja maka tidak salah jika pedagang pun memberikan kondsisi yang nyaman bagi para pembelinya. Saat ini, pasar tradisional yang terkesan kumuh menjadi penghambat utama masyarakat untuk berbelanja di sana. Perilaku masyarakat Indonesia yang tidak bersih memang sulit dihilangkan dari kehidupannya. Kesadaran akan kebersihan harus kita bangun sedari sekarang dengan memulainya dari hal-hal kecil. Tidak ada salahnya bila di depan kios disediakan tempat sampah sehingga sampah tidak berceceran dimana-mana.
Promosi produk merupakan hal yang jarang dilakukan oleh para pedagang tradisional sehingga begitu wajar jika persaingan dengan retail sulit untuk dibendung. Promosi yang dilakukan oleh pasar modern menjadi ciri khas yang tidak mungkin ditinggalkan. Keinginan orang untuk berbelanja ke supermarket tidak akan muncul begitu saja tanpa danya input pengetahuan dari luar tentang suatu produk yang dijual. Memang, terkesan biaya promosi itu mahal sehingga banyak pedagang yang enggan melakukannya. Padahal, banyak model promosi sederhana yang bisa dilakukan dengan biaya yang relatif murah. Pedagang tradisional tidak perlu memasang iklan di media massa tetapi cukup dengan membuat selebaran (pamflet, leaflet) dan disebarkan ke teman terdekat, keluarga atau bahkan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Ketika kita memasarkan produk, alangkah lebih baik jika para pedagang tradisional memiliki ciri khas. Misalnya, telur yang dijual akan menadapatkan bonus satu butir telur jika pembeli membeli satu kilogram. Menurut perhitungan, pedagang tidak akan mengalami kerugian dengan adanya bonus semacam itu, justru hal tersebut mendongkrak daya jual produk. Pernahkan kita memperhatikan, masyarakat tertarik berbelanja ke supermarket hanya sekedar tertarik bonusnya saja padahal nilai mominalnya tidak seberapa.
Pasar tradisional yang terkesan becek, sehingga disebut ’pasar becek’ adalah halangan terberat untuk menarik konsumen berbelanja ke sana. Kondisinya yang semakin memprihatinkan tidak terlepas dengan prilaku para pedagang. Pedagang tradisonal yang tidak disiplin adalah kendala utama dalam memperbaiki citra pasar tradisional. Para pedagang tidak bisa terus ‘mengemis’ kepada Pemerintah agar ada upaya perbaikan. Justru, pasar tradisional yang sederhana menjadi daya tarik konsumen asalkan lingkungannya nyaman, aman dan tertib.
Dalam memenuhi kebutuhan pangan, konsumen masih banyak yang lari ke pasar tradisional karena retail tidak dapat memenuhinya. Kelebihan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena ini menjadi modal dimana hanya pasar tradisional yang masih memilikinya. Namun, peluang itu tidak akan termanfaatkan dengan baik jika para pedagang tidak dapat menangkapnya.

3. Penutup
Adapun kebijakan-kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka perbaikan pasar tradisional kita, adalah pertama, pemerintah seyogianya mampu merubah “wajah” pasar tradisional agar bisa lebih higienis, lebih nyaman dan lebih teratur. Pembenahan pasar tradisonal ini hendaknya mengedepankan kepentingan para pedagangnya dan konsumen bukan kepentingan investor semata. Kedua, pemerintah harus terus melakukan kampanye massal untuk mendorong kesadaran pedagang dalam melakukan sanitasi lingkungan, kesehatan dan menjual produk yang hygienis. Ketiga, pemerintah juga senantiasa mendorong dan membangun kesadaran masyarakat dan pedagang akan pentingnya atribut mutu dan keamanan produk. Keempat, pemerintah dapat menggunakan instrumen CSR perusahaan-perusahaan distributor untuk membina pedagang pasar tradisional. Kelima, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang erat antar semua pihak agar tidak terjadi kerancuan dalam menyikapi kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan.
Regulasi pemberdayaan pasar tradisional hendaknya diupayakan dengan memfasilitasi pedagang pasar tradisional agar mendapatkan iklim usaha yang kondusif. Kebijakan yang berpihak mempercepat terjadinya distribusi manfaat yang bersifat ”positive-sum game” dalam sistem kerjasama antara pasar modern dan pasar tradisional. Bila pasar tradisional dapat dibenahi dengan baik, niscaya produk-produk yang dijual akan memiliki kualitas yang baik dan tidak ada pertentangan lagi antara pasar tradisional dengan pasar modern, keduanya akan berkembang dengan nuansanya serta daya tariknya sendiri-sendiri.
Namun, jika pemerintah tidak berpihak kepada pasar tradisional, maka mereka akan semakin termarjinalkan dan membiarkan keberadaan pasar tradisional semakin terpinggirkan dan mati oleh para pelaku usaha retailer besar yang lebih kuat. Jika demikian halnya, pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi banyak pihak (inclusive growth) tidak terjadi. Bukan pula ”trickle down effects” yang terjadi, tetapi malah ”trickle up effects”, yakni pertumbuhan yang menyebabkan jurang yang kaya dan miskin semakin lebar. Tentu saja hal semacam ini tidaklah kita harapkan

Sumber :
Trobos, Agustus 2009. Oleh: Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc
Poultryindonesia.com
KOMPAS – 3 Agustus 2010

Selasa, 09 November 2010

BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN (Perilaku Konsumen Tugas 2)

BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN

1. Pendahuluan
Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai indikator awal untuk menentukan perilaku konsumen masyarakat. perusahaan bisa melihat dan menyesuaikan produk dengan budaya masyarakat trersebut. perilaku konsumen muncul salah satunya karena efek dari budaya
Budaya bisa diartikan sebagai suatu kebiasaan,norma,tata krama, atau perilaku yang ada dan berkembang di masyarakat. Perilaku konsumen itu sendiri adalah sebuah kegiatan atau kebiasaan dari konsumen yang bisa dianalisa dan diamati oleh perusaahaan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Semua orang di dunia ini adalah konsumen. Setiap hari hidup kita membeli dan mengkonsumsi suatu yang luar biasa berbagai barang dan jasa. Namun, kita semua memiliki rasa yang berbeda, suka dan tidak suka dan mengadopsi pola perilaku yang berbeda ketika membuat keputusan pembelian. Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana kita, sebagai individu dan sebagai masyarakat, hidup, membeli, dan konsumsi.
Pengaruh eksternal seperti budaya, etnis, dan pengaruh kelas sosial bagaimana konsumen individu membeli dan menggunakan produk, dan membantu menjelaskan bagaimana kelompok konsumen berperilaku. Studi budaya mencakup semua aspek masyarakat seperti agama, pengetahuan, bahasa, hukum, adat, tradisi, musik, seni, teknologi, pola kerja, produk, dll Budaya adalah sangat penting dan semua pengaruh meresap dalam hidup kita

Budaya dapat dipelajari melalui cara berikut :
1. Formal Learning: orang dewasa dan teman bermain yang lebih tua mengajari enggota keluarga yang lebih muda tentang bagaimana cara berperilaku.
2. Informal Learning: Anak belajar dengan meniru perilaku keluarga, teman atau pahlawan TV
3. Technical Learning: Sekolah yang mengajarkan apa yang harus dilakukan, kenapa hal itu dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Karakteristik Kebudayaan
1. Kenyamanan : karena semakin banyak perempuan yang bergabung dengan angkatan kerja terdapat peningkatan permintaan untuk produk yang membantu meringankan dan meringankan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, dan membuat hidup lebih nyaman. Hal ini tercermin dalam penjualan melonjak dari mesin cuci, microwave, kompor Tekanan, Mixergrinders, pengolah makanan, makanan beku dll
2. Pendidikan
3. penampilan fisik
4. Materialisme : Ada pergeseran yang sangat pasti nilai budaya masyarakat dari spiritualisme terhadap materialisme. Kita menghabiskan uang lebih banyak dari sebelumnya pada produk-produk mengambilnya seperti AC, mobil dll CD player, yang menambah kenyamanan fisik kita serta status.

2. Pembahasan
Kebudayaan merupakan kompleks keseluruhan dimana dimasukkannya pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan kemampuan lain apapun serta kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Sifat dari pengaruh budaya adalah sedemikian rupa sehingga kita jarang sadar mereka. Satu merasa, berperilaku, dan berpikir seperti anggota lain dari budaya yang sama. Itu semua meresap dan hadir di mana-mana. Bahan budaya mempengaruhi teknologi dan bagaimana membawa perubahan kebudayaan seperti penggunaan telepon, ponsel, gaya pakaian dan mode, memberikan pemasar kesempatan untuk memperbaiki produk, kemasan, dll untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Norma adalah batas bahwa kebudayaan set pada perilaku. Norma berasal dari nilai-nilai budaya, yang banyak mengatakan keyakinan yang menentukan apa yang diinginkan dan apa yang tidak. Kebanyakan individu mematuhi norma-norma karena bersifat alami untuk mematuhinya. Budaya menguraikan norma bisnis, norma keluarga, norma-norma tingkah laku, dll. Bagaimana kita menyapa orang, seberapa dekat seseorang harus berdiri kepada orang lain ketika melakukan bisnis, gaun kita kenakan dan setiap pola perilaku lainnya. Kebudayaan terus berubah perlahan-lahan dari waktu ke waktu, dan tidak statis. Perubahan terjadi karena teknologi yang cepat. Dalam keadaan darurat, perang, atau bencana alam, pemasar dan manajer harus memahami budaya yang ada serta perubahan budaya dan budaya negara dimana barang tersebut untuk dipasarkan. Perusahaan-perusahaan besar telah beradaptasi diri dengan budaya internasional dan diterima secara global
Beberapa aspek dari perlunya perluasan budaya.
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar atau seks, hal tersebut berpengaruh jika, kapan, dan bagaimana dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Ia nya tidak dimasukkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun, semenjak perilaku manusia dari perilaku.
3. Kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Orientasi nilai-lainnya
Merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistic. sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.


Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwasanya pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak
Maskulin/feminisme
Pada dasarnya kita hidup dalam orientasi dunia maskulin, disamping Negara Eropa Barat yang menerapkan kesetaraan didalamnya. Tetapi hal tersebut tidak menjadi suatu pengaruh besar. Seperti contoh pada Negara Jepang, yang mana pada saat sekarang ini para wanita kembali bekerja setelah ia menikah. Hal ini menjadikan mereka lebih menghemat waktu terhadap kerjaannya. Misalnya, dalam memilih makanan, mereka lebih cenderung untuk membeli makanan beku untuk dibawa anak mereka ketimbang membeli makanan segar yang dalam membeli serta menyajikannya membuang waktu mereka. Sisi lainnya adalah penampilan menjadi prioritas mereka dalam bekerja. Untuk itu barang-barang yang berhubungan dengan penampilan tersebut lebih menjadi suatu kebutuhan bagi mereka. Disini sekali lagi para pemasar bukan hanya melihat dari lintas budaya dan nilainya saja, melainkan juga didalam budaya itu sendiri.
Persaingan/Kerjasama
Yang dimaksud disini adalah bagaimana orientasi baik itu maskulin maupun feminisme dalam keterbukaannya pada konsumen. Pada orientasi maskulin seperti di Amerika, keterbukaan menjadi suatu hal yang harus terpelihara. Lain halnya Jepang yang berorientasi feminim, Mereka menganggap bahwa keterbukaan sama halnya dengan “kehilangan muka”. Variasi dari nilai ini bisa dilihat dari perbedaan reaksi budaya pada iklan yang dibandingkan. Seperti contoh Amerika Serikat yang membesarkan hati mereka ketika mereka menggunakannya didalam budaya lain yang bisa dengan mudahnya mendapatkan reaksi yang tidak baik. Disisi lainnya, jepang yang memiliki kolektifitas yang lebih menurut sejarahnya menemukan perbandingan iklan menjadi sesuatu yang tidak disukai, meskipun demikian Pepsi menemukan anak muda Jepang sedikit lebih mau menerima jika pembandingan dilakukan dalam keterus-terangan dan cara yang lucu. Sebagai aturannya, perbandingan iklan dapat digunakan dengan ketelitian dan hanya sungguh-sungguh telah teruji.
Perbedaan/keseragaman
Budaya dengan nilai yang berbeda tidak hanya akan menerima aturan yang bergai macam dari perilaku pribadi dan sikap tapi juga menerima variasi dalam bentuk makanan, pakaian, dan produk lain serta pelayanannya. Dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki keseragaman nilai, dimana mereka tidak menyukai serta menerima bermacam aturan dari rasa dan produk pilihan.
Jepang dan budaya kolektif lainnya cenderung untuk meletakkan nilai yang kuat dalam keseragaman dan kesesuaian, sebaliknya budaya individualistik yang lebih seperti Canada dan Belanda cenderung pada nilai perbedaan. Ketika banyak aspek penting dari budaya ini dibuat oleh perbedaan dalam nilai, satu yang nyata dengan relative ketiadaannya turis yang berlatar “etnis” di restoran-restoran Jepang dibandingkan dengan Canada dan Belanda. Walaupun demikian, perubahan ekonomi dan sosial yang digerakkan oleh usia muda pada masyarakat kolektifis, membuat perbedaan lebih diterima dibandingkan dengan hal tradisional yang dijumpai, dan juga jika kecenderungan dari tingkatan yang mutlak lebih rendah dibandingkan dengan sisi individualistik mereka.
Orientasi nilai-lingkungan
Yakni menentukan hubungan masyarakat dengan ekonomi, teknis, dan linkungan fisik nya. Contoh dari nilai lingkungan seperti kebersihan, dayaguna/keadaan, tradisi/perubahan, pengambilan risiko/pengamanan, pemecahan masalah/fatalistis, dan sifat dasar (alam).
Kebersihan
Ketika adanya perbedaan dalam meletakkan nilai kebersihan diantara budaya ekonomi berkembang, ada perbedaan yang sangat luas diantara budaya ini dengan banyak budaya negara kurang berkembang. Di banyak negara miskin, kebersihan dinilai tidak pada tingkatan yang cukup untuk menghasilkan lingkungan yang sehat. Hal ini dapat dilihat pada negara Cina dan India, dimana kebersihan menjadi Sesutu yang begitu mengkhawatirkan. Ketika hal tersebut menjadi dampak bagi budaya lokal, McDonald’s mendapat penghargaan dengan memeperkenalkan pengolahan makanan yang higienis dan toilet beberapa pasar Asia Timur termasuk Cina.

Dayaguna/keadaan
Dayaguna/keadaan lebih dekat hubungannya pada konsep jarak kekuasaan, dimana menghubungkan pada derajat dimana orang menerima ketidak sama rataan dalam kekuasaan, otoritas, status, dan kekayaan sebagai kelaziman atau yang melekat dalam masyarakat. Konsumen di negara dengan jarak kekuasaan yang tinggi akan lebih suka untuk melihat opini dari orang lain dalam membuat keputusan. Masyarakat dengan orientasi status lebih suka pada “kwalitas” atau nama merk yang terkenal dan barang yang harganya mahal untuk menyamakan fungsi barang dengan merk yang tidak terkenal atau harga yang murah. Dimana konsumen ditarik oleh rasa gengsi dari merk yang terkenal.
Tradisi/perubahan
Berbeda pada Amerika, konsumen pada tradisi Korea dan Cina kurang nyaman dengan situasi baru atau cara pemikiran baru. Nilai ini direfleksikan dalam iklan mereka dimana berbeda pada iklan di Amerika, dimana di Inggris dan Cina menekankan tradisi dan sejarah. Untuk target pada kerangka berpikir penonton melalui televisi, daya tarik budaya lebih digunakan. Dalam target majalah pada orang-orang muda Cina, daya tarik modern yang difokuskan pada teknologi, mode, dan kesenangan lebih banyak digunakan.
Pengambilan resiko/pengamanan
Nilai ini berhubungan pada toleransi bagi ambuitas dan menghindari ketidaktentuan. Ia nya memiliki pengaruh yang kuat dalam hubangan usaha dan perkembangan ekonomi sebagai penerimaan produk baru. Masyarakat dimana tidak mengagumi adanya pengambilan resiko, tidak suka pada pengembangan hubungan usaha yang cukup untuk mencapai perubahan dan pertumbuhan ekonomi. Produk baru yang diperkenalkan, saluran baru dari pendistribusian, dan tema iklan adalh hal yang mempengaruhi nilai ini.
Pemecahan masalah/fatalistis
Di Karibia, kesulitan atau hal yang tidak dapat dikendalikan selalu dihilangkan dengan ekspresi “tidak masalah”. Ini biasanya berarti: “ada suatu masalah, tapi kita tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap hal tersebut-jadi jangan khawatir!”. Di Eropa Barat dan Amerika cenderung kearah untuk menyurutkan akhir pemecahan masalah dari rangkaian kesatuannya. Sedangkan Meksiko dan negara timur tengah menyurutkan kearah akhir yang fatal. Hal ini ditunjukkan pada mengurangi dugaan konsumen atas kualitas dan mengurangi kemungkinan dimana konsumen membuat keluhan secara resmi ketika berhadapan dengan pembelian yang tidak memuaskan.
Alam
Yang dimaksud disini adalah bagaimana negara-negara yang memproduksi atau mengimpor suatu produk meletakkan nilai tinggi dalam lingkungan. Seperti negara Inggris yang memiliki gagasan dalam pengurangan emisi. Dalam peluncuran produknya, mereka lebih menekankan kendaraan yang memiliki emisi rendah.
Nilai orientasi-diri
Yakni merefleksikan tujuan dan pendekatan pada hidup dimana anggota individu dari masyarakat menemukan apa yang diinginkan. Disini termasuk aktif/pasif, kepuasan sensual/pantangan, material/non material, kerja keras/santai, penundaan kepuasan, kesegeraan kepuasan, dan keberagamaan/keduniawian.
Aktif/Pasif
Kecenderungan dalam beraktifitas akan mempengaruhi pemasaran dalam suatu produk. Misalnya tema olahraga bagi kemasan botol tidak begitu cocok di negara seperti Jepang, dimana dua dari tiga pria dan tiga dari empat wanita berolahraga kurang dari dua kali dalam setahun.
Kepuasan sensual/pemantangan
Yang dimaksud disini adalah apakah suatu negara menggunakan daya tarik seks/sensualitas atau apakah memberikan pembatasan pada iklan yang dibuatnya terhadap sensualitas. Pembatasan terhadap iklan dengan kesederhanaan lebih terlihat di negara Arab Saudi atau negara-negara timur tengah. Ini dikarenakan budaya Islam yang sangat konservatif dalam nilai ini.
Material/non material
Ada dua tipe dari materialisme. Intrumen materialism adalah barang yang diperoleh yang mana memungkinkan untuk dilakukannya sesuatu hal. Terminal materialism adalah barang yang diperoleh untuk kepentingan dari apa yang dimiliki oleh benda itu sendiri. Seni secara umum diperoleh dari kesenangan pada apa yang dimilikinya daripada sebagai harta untuk tujuan lain.
Kerja keras/santai
Dalam hal ini, seorang pemasar harus melihat apakah dalam suatu negara memiliki lebih nilai kerja dalam aktivitasnya dibandingkan dengan waktu luang/santai atau sebaliknya. Dengan kata lain, nilai ini mempunyai konsistensi bagi gaya hidup dan tuntutan untuk aktivitas luang/santai.
Penundaan kepuasan/kesegeraan kepuasan
Orientasi jangka pendek dan orientasi jangka panjang mempunyai implikasi pada strategi bisnis serta usaha untuk mendorong menabung, dan juga pada penggunaan kredit. Seperti contoh, nilai tujuan bisnis dalam budaya jangka pendek cenderung untuk dimasukkan kedalam “keuntungan tahun ini” ketika kemudian dalam budaya jangka panjang dimasukkan kedalam “keuntungan 10 tahun dari sekarang”. Dengan kata lain, menggunakan kredit merupakan suatu penurunan dalam budaya jangka panjang dimana tunai dan kartu debit lebih lazim digunakan.
Religi/sekuler atau duniawi
Amerika Serikat relatif sekuler. Banyak budaya Islam dan juga beberapa budaya katholik lebih banyak berorientasi pada religi. Perbandingannya, religi bermain dengan peran yang sangat sedikit dalam budaya Cina. Bagaimanapun juga, Cina memili aktivitas religi didalamnya. Secara garis besarnya pengertian yang luas dan dan tipe dari yang berhubungan dengan pengaruh religi dalam budaya pada dasarnya untuk tujuan efektif semua elemen pada campuran pemasaran.
Variasi Kebudayaan Dalam Komunikasi Nonverbal
Perbedaan dalam sistem komunikasi verbal adalah lintas budaya yang nyata dengan segera dan harus diambil kedalam suatu perhitungan oleh keinginan pemasar untuk dilakukannya bisnis dalam budaya itu. Mungkin lebih penting dan bagaimanapun juga tentu saja lebih sulit untuk mengenal apakah sistem komunikasi nonverbal tersebut. Contoh utama dari variabel komunikasi nonverbal dimana mempengaruhi pemasar adalah waktu, ruang, simbol, hubungan, persetujuan, benda, dan etiket.
Waktu
Pengertian dari variasi waktu diantara budaya adalah dalam dua cara utama. Pertama, apa yang kita sebut perspektif waktu: ini adalah keseluruhan orientasi terhadap waktu. Kedua, adalah menempatkan interpretasi pada spesifik waktu yang digunakan.
Perspektif waktu
Ada dua jenis perspektif waktu antara lain;
1. Monochromic time perspective yakni orientasi yang kuat kearah sekarang serta waktu jangka pendek. Dan kedua, polychromic time perspective yakni orientasi kearah sekarang dan masa lalu. Arti dalam waktu yang digunakan
2. Perspektif yang dipakai akan membuat suatu pengertian yang berbeda dari waktu yang digunakan pada budaya yang berbeda. Seperti di negara yang berorientasi pada monochronic, mereka manganggap bahwa waktu adalah uang. Jadi setiap detik, menit, jam sangat berharga bagi mereka. Begitu sebaliknya pada negara yang berorientasi polichronic, istilah “tetaplah menunggu” menjadi suatu hal yang biasa bagi mereka.
Ruang
Kegunaan orang membuat ruang dan mengartikan apa yang mereka tempatkan merupakan bentuk kedua dari komunikasi nonverbal. Di Amerika, “besar adalah lebih baik”, jadi, ruang kantor dalam perusahaan biasanya dialokasikan sesuai dari pangkat atau wibawa daripada apa yang dibutuhkan.
Hal utama kedua yang digunakan dari ruang adalah ruang pribadi. Hal ini dimaksudkan agar orang lain bisa datang pada anda dan dalam situasi apapun tanpa anda merasa tidak nyaman.
Simbol
Di Amerika jika melihat bayi memakai baju warna pink, maka bayi tersebut di identikkan dengan seorang perempuan. Begitu juga jika memakai warna biru, maka dapat dipastikan bahwa jenis kelaminnya adalah laki-laki. Tetapi hal tersebut akan ditanggapi berlainan di negara Belanda. Warna, gambar binatang, bentuk, angka, dan musik akan memberikan variasi pengartian dalam lintas budaya. Kegagalan dalam mengenal arti penempatan pada simbol bisa berakibat pada masalah yang serius. Salah satu contohnya adalah ketika pebisnis Cina yang bepergian untuk mengelilingi rute pasifik, kebanyakan mereka terkejut ketika melihat petugas perjalanan wisata tersebut memakai pakaian putih yang bagi Asia merupakan simbol dari kematian.
Hubungan
Hak dan kewajiban ditentukan oleh hubungan dan persahabatan yang mana merupakan variabel komunikasi nonverbal lainnya. Bagi orang-orang Amerika, mereka lebih cenderung untuk menjalin hubungan secara cepat dan mudah. Hal ini dikarenakan mengingat ketika mereka pergi dari tempat tersebut, rasa sakit yang mereka dapatkan dari hubungan tersebut akan sedikit. Berbeda di negara lainnya yang lebih berhati-hati dalam menjalin suatu hubungan. Hal ini dikarenakan karena mereka ingin mengimplikasikan hubungan tersebut lebih dalam lagi dan mengekalkan kewajibannya.
Persetujuan
Persetujuan disini yakni bagaimana budaya yang berbeda melihat hubungan bisnis didalam kedua belah pihak. Seperti contoh pada hubungan bisnis antara Amerika dan Jepang pada kontrak kesepakatan yang dilakukan. Bagi Amerika, mereka hanya melihat atau fokus pada bisnisnya sedangkan bagi Jepang tidak cukup hanya disitu, melainkan juga pada pengenalan lebih dekat dan jauh lagi dari hubungan bisnis tersebut.
Benda
Pengartian budaya terhadap benda pada pola pembelian adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka atau dengan kata lainnya adalah “hadiah”. Dalam beberapa budaya, pemberian hadiah dilakukan dalam beberapa bentuk. Dinegara Cina pemberian hadiah dilakukan secara rahasia, sedangkan di negara Arab dilakukan didepan orang yang akan diberikan hadiah. Dan begitu juga terhadap benda apa yang diberikan sebagai suatu hadiah.
Etiket
Etiket menggambarkan secara umum kebiasaan yang diterima dari tingkah laku dalam situasi sosial. Seperti contohnya pada iklan dimana di negara Amerika makan dengan posisi garpu ditangan kanan dan tangan kiri dibawah meja adalah sesuatu yang sudah biasa, tetapi lain halnya di negara Inggris dimana posisi garpu berada ditangan kiri dan dan tangan kanan berada diatas meja.
Contoh kecil ini merupakan dasar bagaimana suatu budaya yang berbeda melihat etiket dari apa yang diiklankan. Dan bagaimana pula iklan melihat etikat dari lintas budaya tersebut.

Budaya Global
Isu penting yang dihadapi oleh pemasar adalah perluasan pada salah satu atau lebih pada budaya global konsumen atau pangsa yang tergabung. Ada kesan yang memberikan keterangan bahwa ada pergerakan yang sungguh-sungguh dalam arah ini. Budaya memiliki serta memberikan perangkat dari simbol hubungan-konsumsi dengan pengertian umum dan sifat diantara anggotanya. Satu diantara maksud budaya global adalah bahwasanya porsi dari budaya lokal menggambarkan diri mereka sendiri sebagai kosmopolitan, berpengetahuan banyak, dan modern. Beberapa individu memberikan banyak nilai dan perilaku hubungan konsumsi dengan individu yang serupa pada jarak lintas dari budaya bangsa.
Beberapa budaya dikreasikan oleh globalisasi media massa, kerja, pendidikan, dan wisata. Beberapa kategori produk (telpon genggam, internet) dan merk (Sony, Nike) menjadi simbol hubungan pada budaya ini. Ini tidak diimplikasikan bahwa merk ini digunakan pada iklan global yang sama tetapi melainkan tema pokok dan simbol yang mungkin sama.

Budaya Global Anak Umur Belasan Tahun (ABG)
Para ABG seluruh dunia menonton banyak pertunjukan yang sama, melihat film dan video yang sama, dan mendengar musik yang sama. Mereka tidak hanya mengidolakan musisi yang sama, tetapi juga musisinya, baik itu gaya berpakaian, kelakuan, dan sikap, dimana melengkapi mereka dengan banyak karakter. Pemasar menggunakan kesamaan ini diantara ABG lintas budaya untuk meluncurkan merk global. Dengan kata lain, dalam mengiklankan produknya pemasar menggunakan model yang dapat dikenal para ABG diseluruh dunia seperti bintang olah raga. Atau juga dengan mengiklankan pada bentuk keseleruhan dari lintas budaya tersebut. Seperti pepsi yang dalam satu iklan memperlihathkan aktivitas ABG diseluruh dunia.
Demografis Global
Demografi melukiskan populasi dalam hubungannya pada ukurannya, struktur, dan distribusi. Ukuran mengarah pada jumlah dari individu dalam masyarakat. Struktur menggambarkan masyarakat dalam hubungan dari usia, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Distribusi melukiskan lokasi fisik dari individu dalam hubungannya dari wilayah geografis dan pedesaan, pinggiran kota, dan lokasi perkotaan. Secara garis besarnya, pemasar melihat serta menyesuaikan keadan tiap negara sesuai dengan demografinya. Seperti contoh pada pendapatan yang berbeda ditiap negara, pemasar meletakkan harga sesuai dengan kemampuan negara tersebut dalam pembelian. Dan juga menempatkan iklan pada kecenderungan usia, pendidikan, dan pekerjaan serta wilayah geografis yang menjadi tujuan pemasaran.
Strategi Pemasaran Lintas Budaya
Yang menjadi kontroversi dalam hal ini adalah apa yang menjadi standar terutama pada iklan. Standarisasi strategi bisa berakibat dalam penghematan biaya pada pokoknya. Secara garis besar tidak digambarkan bagaimana strategi pemasaran tersebut, tetapi dapat diambil kesimpulan bahwasanya pemasar melihat apa yang menjadi perilaku konsumen, konsep budaya, serta apa yang menjadi variasi dalam lintas budaya. Seperti yang dilakukan McDonald’s dimana mengadaptasikan produk serta tata ruang tokonya dengan tepat pada beberapa negara.
3. Penutup
Budaya terutama dijalankan oleh keadaan yang batasannya cukup bebas pada perilaku individu dan oleh pengaruh fungsinya dari institusi seperti keluarga dan media massa. Kemudian, budaya memberikan kerangka dalam yang mana individu dan rumah tanga gaya hidup menyusun. Batasan dimana perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang merupakan aturan sederhana dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku dalam situasi yang spesifik. Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai budaya adalah kepercayaan yang dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan. Pelanggaran dari norma budaya berakhir dengan sangsi yang merupakan hukuman dari pencelaan sosial yang ringan untuk dibuang dari kelompok.






Daftar Pustaka
Olson, Jerry C.; J. Paul Peter, Consumer Behavior and Marketing strategy, McGraw Hill, New York, 2003.
Institut Media Baru Indonesia.com
Sciffman, Leon G. ;Leslie Lazar Kanuk. Cosumer Behavior, Prentice Hall, New Jersey, 1999.
Duncan, Tom. 2005. Principles of Advertising & IMC, Second Edition. McGraw-Hill, Inc. Bab 5